Kumpulan Catatan dan Cerita Anda

My First Ramadhan


Pertama kali aku melakukan puasa dibulan Ramadhan adalah dua tahun lalu. – kulakukan 6 bulan sebelum aku memeluk agama Islam. Aku sedang studi di sebuah universiatas di London, tepatnya pada semester terakhir .

Tentu saja aku tidak bilang pada teman-teman  karena aku  khawatir mereka aku mengecap  aku gila. Ini betul betul sesuatu yang sangat pribadi dan pengalaman yang sangat khusus untuk pribadiku yang telah memberiku sebuah kekuatan, ketenangan dan kedamaian dalam hidupku

Puasa yang kedua betul-betul  berbeda,  kali ini betul betul sangat fenomenal dan  mengagumkan. Ramadhan tahun  ini aku menjadi bagian dari sebuah komunitas Muslim lokal, aku  membantu dan bekerja sama dengan Muslim lainnya yang datang dari berbagai latar  belakang dan negara. Walaupun Ramadhan kali ini membuatku sedikit kacau dan melelahkan, tapi dibalik itu  aku betul-betul menikmati karena aku dikelilingi oleh orang-orang yang juga memiliki pengalaman yang sama seperti aku.

Pada minggu pertama bulan Ramadhan aku tinggal bersama teman Muslim  yang betul-betul sangat  religius, namanya Zahida. Yaa…bangun ditengah malam untuk makan sahur bersama…, sungguh luar biasa indahnya. Hari-hari kami  menikmati  lagu-lagu Nasheed bersama dan mendengarkan Radio Ramadhan, diskusi tentang agama, lalu disiang hari kami masak bersama menyediakan berbagai macam makanan untuk berbuka puasa.

Subuh yang penuh daya magis.

Ada sesuatu yang sangat magis dibulan Ramadhan ini, saat kita bisa menyaksikan semburat jingga  horizon muncul menjelang subuh,  suasananya begitu  hening, tenang, dan damai .., lalu rasa damai itupun  menyelusup ke rongga dadaku hingga membuat diri ini begitu tranquil dan rasa damai menyelimut relung hatiku. Sungguh selama bulan Ramadhan ini kurasakan ada magis yang begitu kuat dan sepertinya keimanan kita menjadi lebih kuat dibanding hari hari biasa. Untukku … menjauhkan diri dari minum dan makan teramat kecil harganya, tak ada artinya  dibanding dengan rakhmat dan barokahnya bulan ini.

Ada lagi nilai tambah yang kudapat bahwa selama bulan Ramadhan pertama (yang resmi) aku sangat menyukai sikap kerja sama dan  rasa ukhuwah  antar komunitas Muslim. Aku selalu  diundang untuk berbuka puasa  oleh keluarga yang berbeda-beda dan dirumah yang berbeda pula disetiap akhir pekan. Rasa ukhuwah dan kepedulian yang begitu melimpah membuat aku dan kita begitu sangat, sangat bahagianya, cuma  repotnya aku terpaksa harus makan lebih di bulan Ramadhan ini dibanding hari hari biasa.

Kopi Conundum.

Problem yang aku  miliki selama bulan Ramadhan adalah kopi conundum yang harus kuminum setiap saat sahur. Jika aku minum kopi pada waktu sahur maka aku tidak akan bisa tidur usai sholat subuh – tapi bila aku tidak meminumnya  maka aku  akan menderita ‘ caffeine sindrom’ hingga saatnya berbuka. Ini adalah suatu contoh bagaimana puasa melawan kelemahan dan nafsu kita dan berupaya  untuk mengatasinya.  Hal ini telah membuat kita bersyukur betapa beruntungnya kita bisa makan dan minum cukup banyak disaat sahur untuk puasa kita di esok hari.

Hari Raya Eid

Hari Raya Eidulfitri jatuh tepat dimusim dingin yang indah dimana matahari bersinar dengan teriknya dan langit begitu biru dan bening. Aku masuk ke palataran masjid ‘Central Mosque’ London dengan senyum yang lebar diwajahku sambil ku-ucapkan  ‘Selamat Hari Raya’ (Eid Mubarak’) kepada setiap orang yan kulewati baik yang kukenal atau pun tidak. Hiruk pikuk mobil dijalanan  begitu riuhnya dan nampak sedikit kacau dan kerepotan mencari tempat parkir.

Usai sholat Eid ..siang itu aku diundang oleh temanku Fozia kerumahnya untuk merayakan hari Eidul Fitri yang aku fikir kacau dan teramat ramai. Kacau karena begitu besarnya keluarga Fozia. Aku tidak terbiasa berkumpul disuatu rumah dengan keluarga semassive itu. Semua datang dihari itu  bersama semua anak-anaknya serta sanak famili. Aku  berupaya keras untuk menyesuaikan diri dengan mereka dan aku berharap tidak mengganggu acara kekeluargaan mereka.

Alhamdulllah  aku betul-betul beruntung bisa menikmati hari Raya bersama dengan keluarga Muslim hari itu. Karena aku berkulit putih dan muallaf (revert) ah.., aku malah mendapat perhatian banyak dari mereka. Kehangatan dan pengakuan mereka layaknya seperti anggota keluarga mereka yang begitu ikhlas, sangat kurasakan… membuat aku begitu terharu.  Sungguh sangat kontradiksi  dibanding  tahun-tahun sebelumnya dimana aku tidak memiliki kenalan atau teman satupun.., dan aku tersenyum sendiri saat aku mengenang Hari Raya Eid pertama, aku cuma merayakan sendirian, aku tak tahu hendak berbuat apa dan mau kemana, lalu memutuskan untuk beli Pizza dan dibawa pulang…ya kumakan sendiri, hehe…

Aku betul- betul menanti bulan Ramdhan ini.., dari pengalaman masa lalu, kini aku bisa mengira ngira dan berharap apa yang bakalan terjadi  dan tentunya aku berharap bisa lebih memperdalam pemahamanku tentang Islam dan meningkatkan keimananku dibulan Ramadhan ini yang aku anggap sangat  spesial dan lebih baik dibanding Ramadhan tahun tahun yang lalu, insya Allah.

Oleh Rebecca Johnson, di sebuah milist

Satu tanggapan

  1. Vincent

    Oo0oOooo0Ooo00o

    23.01.12 pukul 1:17 pm

Tinggalkan komentar