Kumpulan Catatan dan Cerita Anda

Inspirasi Motivasi

Kontingen Indonesia di Piala Dunia 2010

Meski gagal lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 dan gagal pula saat mengajukan tuan rumah Piala Dunia 2020, Indonesia tak perlu berkecil hati. Pada pergelaran pesta olahraga terbesar dunia di Afrika Selatan kali ini, kita juga mengirimkan beberapa “wakil”, meski bukan di lapangan hijau. Siapa mereka? Simak daftarnya di bawah ini:

Pencak Silat

Sehari sebelum pesta pembukaan dilaksanakan, Afrika Selatan menggelar festival tahunan Musamba di Pretoria. Kali ini acara itu dibuat besar-besaran untuk menyambut Piala Dunia 2010. Tampil dalam festival 10 Juni 2010 itu antara lain adalah 35 murid pencak silat dari Persatuan Masyarakat Indonesia di Afrika Selatan yang memukau penonton. Ini pertama kalinya pencak silat tampil dalam festival ini.

Bola Majalengka

Selain Jabulani (bola resmi Piala Dunia 2010 yang dibuat Adidas), Afrika Selatan juga mengundang pemasok bola lain untuk mendukung hajatan empat tahunan ini. Khususnya, untuk memproduksi souvenir resmi kejuaraan – yang juga dijual di berbagai tempat resmi.

Salah satu pemasok bola resmi itu adalah PT Triple S yang berlokasi di Majalengka, Jawa Barat. Selain dari Indonesia, Afrika Selatan juga mendatangkan bola dari Vietnam untuk maksud serupa.

Batik

Sangat mungkin Nelson Mandela akan tampil di pembukaan Piala Dunia 2010 dengan mengenakan pakaian batik dari Indonesia. Sejak kedatangannya ke Indonesia, pemimpin Afrika Selatan ini tergila-gila pada batik. Begitu cintanya pada batik Indonesia, sampai-sampai di banyak acara kenegaraan Nelson Mandela selalu mengenakan batik Indonesia rancangan Iwan Tirta. Tahukah Anda, ketika pengundian grup Piala Dunia 2010 Nelson Mandela juga mengenakan batik.

Nah, meski tim sepakbola Indonesia tak berlaga di Piala Dunia 2010, ternyatasejumlah produk Indonesia bisa “berlaga” di sana. Jadi, tak perlu berkecil hati, Indonesia tetap punya wakil di Piala Dunia 2010!

sumber : andriewongso.com


Mommy marah sama Eric, ya?

Dua puluh tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh. Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja.

Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga. Di tahun kedua setelah Eric dilahirkan saya pun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah.

Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya.

Saat usia Angelica 2 tahun, Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya  menyesal seumur hidup. Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Angelica. Eric yang sedang tertidur lelap saya tinggalkan begitu saja. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang.

Setahun, 2 tahun, 5 tahun, 10 tahun.. telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Usia Pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah
berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya.

Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar dikepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu.tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, Mommy akan menjemputmu Eric.

Sore itu saya memarkir mobil biru saya di samping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?”

“Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu.” Aku  menceritakannya juga dengan terisak-isak. Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang.
Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya.

Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric.. Eric… Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau.

“Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!”

Dengan memberanikan diri, saya pun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?”

Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh tega, Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega,
saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…”

Saya pun membaca tulisan di kertas itu…

“Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…”

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan meyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan..!!”

Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras.

“Nyonya, semua sudah terlambat. Sehari sebelum nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya
ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana.”

Anak adalah anugrah terbesar yang pernah Tuhan berikan pada kita bagaimanapun keadaanya. Dia tidak pernah meminta untuk dilahirkan. Sesempurna apakah kita, hingga kita mengabaikannya saat dia muncul dengan segala ketidaksempurnaan?
Dekaplah dia, mungkin saat ini dia membutuhkan selimut hangat pelukanmu.

[Cristine Wili]


Kenapa bukan saya?

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru! Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Tiap hari aku berlari ke kotak pos.

Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabul. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikut, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center.

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ? …Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah.Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi.
Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? … Kenapa bukan aku? … Bagian diriku yang mana yang kurang? … Mengapa aku diperlakukan kejam? …

Aku berpaling pada ayahku. Katanya, “Semua terjadi karena suatu alasan.”

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku, “Semua terjadi karena suatu alasan.” Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.

Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
1. Apabila Tuhan mengatakan YA; maka kita akan MENDAPATKAN APA YANG KITA MINTA.
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK; maka kita akan mendapatkan yang LEBIH BAIK.
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU; maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendak-NYA.

Tuhan tidak pernah terlambat, DIA juga tidak tergesa-gesa namun DIA tepat waktu…
Selamat berkarya, dan jangan lupa berdoa senantiasa.

[Jimmy Ho]


Bank Mandiri, Rp. 4.000 dan Video Porno

Hari itu aku dan istriku pergi ke Bank Mandiri terdekat. Bank Mandiri cabang Puri Sentra Niaga. Kami berencana menutup account tabungan dolar kami disana.

Seorang officer bank Mandiri bernama Laila Marlina –ini nama asli- melayani kami. Sejujurnya kami sudah agak lupa dengan wajah, begitu pula dengan namanya. Rupanya ia orang yang sama, ketika kami membuka rekening dolar beberapa bulan yang lalu. Tahu dari mana ? Ketika telah selesai melayani kami, Laila sembari tersenyum menyodorkan secarik dokumen bukti transfer (karena dana kami disana, langsung kami konversi ke account yang lain.) berserta empat lembar uang ribuan.

“Lho, ini apaan ?”, tanya Wida, istriku tidak mengerti, sambil memandang uang empat ribu rupiah itu.

“Ibu Wida, saya minta maaf”, jawab Laila kalem.

“Maksudnya ?”

“Ini uang kembalian Ibu. Dulu waktu buka rekening, Ibu khan bayar meterai, nah kembaliannya tertinggal”.

“Ah, masa iya..”, seru Wida terheran-heran. “Masih kalian simpan ?”

“Iya Bu, ini di laci”, jawab Laila tersenyum. “Kami sudah infokan ke setiap Officer, supaya memberikan ini kepada Ibu, jika Ibu kebetulan datang kesini”.

Luar biasa !

Beberapa bulan uang kembalian itu disana dan masih disana, hingga orang yang berhak datang, meskipun orang tersebut sudah lupa bahkan tidak mengetahui kejadian itu.

Siapapun tahu Pak Agus Martowardojo –mantan dirut yang telah merestrukturisasi Bank Mandiri- adalah orang hebat, cerdas, sakti mandraguna ! Tetapi justru perbuatan kecil dan sepele yang dilakukan oleh salah satu officer beliau inilah, yang membuat kami, nasabah Bank Mandiri merasa tersentuh hatinya. Dan merasa perlu untuk menulis sebuah artikel untuk mengapresiasi tindakan sepele, sederhana namun luar biasa yang dilakukan oleh Laila Marlina ini.

Apresiasi terhadap sebuah tindakan yang kelihatan kecil namun terpuji itu lebih dari perlu. Itulah pupuk bagi perilaku baik. Standard norma yang seharusnya tidak dapat ditawar-tawar oleh siapapun.

Sekarang tengoklah berita yang dipenuhi dengan beredarnya video porno, yang pelakunya mirip artis-artis beken itu. Kemudian perhatikan bagaimana masyarakat bereaksi. Bagaimana kaum muda-generasi penerus kita bereaksi. Apakah ini hal remeh yang hanya pantas ditanggapi dengan cekikikan, rasa ingin tahu, kemudian menjadi konsumsi oleh infotaiment belaka ?

Rasanya bangsa ini sedang meremehkan pengaruh bejat video-video mesum itu terhadap  standard moral bangsa dan agama. Sesuatu yang sama sekali tidak pantas untuk sekedar digosipin !

Seharusnya pihak berwajib mencari tahu semua itu dengan tuntas ! DPR pun seharusnya bereaksi keras, dan bukan hanya menghabiskan konsentrasi membahas dana aspirasi saja. Kejar pelaku dan pengedarnya, lalu tangkap dan hukum seberat-beratnya (tanpa tambahan menu : makelar kasus) !!

Apa yang mereka lakukan itu lebih jahat dari yang Dr. Azhari dan kroninya lakukan, walaupun kerusakannya tidak terlihat oleh mata. Lebih dari sekedar bom bunuh diri, pemain video porno itu bagai menyebar wabah penyakit yang tidak tampak tapi mematikan. Jika orang yang dicap teroris itu berjuang mati-matian untuk sesuatu ideologi yang ia pandang sebagai kebenaran, lalu bagaimana dengan pemain-pemain video porno itu ? Apa yang mereka perjuangkan ? Tidak ada !  Hanya iseng !!!

Bisa jadi jika pelakunya benar para artis  tersebut (sekali lagi, jika benar), maka seketika itu juga, siapapun yang ingin ngetop- artis atau bukan- akan meniru cara yang mereka lakukan : telanjang atau berhubungan intim dengan siapa saja yang mereka suka, lalu membuat gempar jagat internet sehingga mereka tambah terkenal, tetapi tetap memperoleh simpati karena dianggap korban.

Sebuah perbuatan yang sama sekali tidak sepele, tidak sederhana dan luar biasa bejat. Memamerkan gaya hidup maksiat yang jika dibiarkan akan menjadi trend dan merusak pemuda-pemudi, menodai norma-norma bangsa lalu membuat bangsa ini kualat, sial dan ikut-ikutan geblek dihadapan TUHAN.

Laila..Laila..ajari kami berbuat sesuatu yang kecil namun berarti (*)

——————-

sumber: Made Teddy Artiana, S. Kom


Anak ibu kantin

Ibu Ida adalah penjual di kantin sekolah. Setiap pagi suami dan ketiga anaknya membantunya untuk berjualan. Anak pertamanya kelas 5 SD bernama Titin, kemudian Popo kelas 4 SD dan Ayu kelas 2 SD. Dan suaminya seorang pegawai swasta dengan gaji kecil. Pukul 5.00 pagi seluruh keluarga sudah bangun termasuk anak bungsunya. Walau masih kelas 2 SD Ayu sudah bisa membuat adonan bakwan dan godok-godok.

Anak keduanya mempunyai tugas memotong kol, wortel dan buncis untuk adonan bakwan dan mie. Sedangkan anak sulungnya membersihkan rumah dan menyiapkan seragam untuk adik-adiknya dan baju kerja ayahnya.

Pukul 6.30 mereka mulai mengangkat barang dagangan ke kantin sekolah yang jaraknya sekitar 5 meter dari rumah mereka. Terkadang barang dagangan yang dibawa terlalu banyak sehingga gerobak buatan suaminya itu tidak muat dan harus dibawa dengan tangan. Tanpa komando ketiga anaknya mengambil tugas masing-masing. Si sulung membawa kuah sambal, yang kedua membersihkan dapur dan halaman dan si bungsu membawa sapu lidi.

Pukul 7.00 semuanya sudah beres. Mereka sarapan di kantin dan siap untuk berangkat ke sekolah. Tepat 7.30 bel sekolah berbunyi dan ketiganya pamit ke ayah dan ibu mereka dan berlari menuju kelas.

Saat jam istirahat ketiga anak Ibu Ida berlari menuju kantin, bukan untuk jajan tetapi membantu Ibu mereka, biasanya kantin Ibu Ida adalah kantin favorit dan sangat ramai pembeli.

Sepulang sekolah ketiga anaknya menyerahkan tas mereka untuk diperiksa. Ibu Ida selalu bertanya mengenai nilai, pekerjaan rumah dan segala hal yang terjadi di sekolah. Setelah itu mereka di suruh pulang untuk ganti baju dan sholat. Setelah selesai sholat si sulung menggantikan ibunya. Di rumah Ibu Ida sholat dan masak untuk makan siang. Pukul 3 sore ketiga anaknya makan siang dan Ibu Ida membawa bekal untuk makan siang anak sulungnya.

Pukul 4 sore dia dan anak sulungnya menutup kantin dan bersiap untuk tutup. Popo dan Ayu datang membantu. Tidak lama kemudian suaminya pulang, teh dan makanan kecil sudah disiapkan Popo.

Hari-hari berlangsung dengan kehidupan yang pas-pasan. Apa mereka bahagia?? Ya mereka bahagia…,
Orang Yang Bahagia Adalah Orang Yang Pandai Bersyukur…

Perjuangan Ibu Ida tidak sia-sia. Dengan mengajarkan hidup susah, anak-anaknya mendapatkan pelajaran terbaik dari orang tuanya. Setelah menamatkan kuliahnya si sulung bekerja di Perusahaan Asing, anak keduanya di departemen pendidikan, seorang PNS tanpa uang muka. Dan si bungsu bekerja di perusahaan Jepang. Ketiganya sukses…. Dan ketiganya mampu menaikkan haji kedua orangtuanya.

Impian terwujud,…. Dengan berprinsip bahwa Dunia Ini Berputar Maka Akan Ada Saatnya Kita Berada Di Bawah Dan Di Atas Selama Kaki Tidak Berhenti Melangkah. Jangan pernah merendahkan orang yang berada di bawah karena mereka memiliki kaki-kaki yang kuat.

Dikala mereka susah tidak seorangpun menganggap mereka saudara, tetapi setelah semua usaha menampakkan hasil semua orang menganggap mereka adalah saudara. Sebelumnya pada suatu hari ketika keluarga Ibu Ida berkunjung ke rumah Adik Iparnya, mereka hanya disuguhi air putih, tetapi sekarang walaupun harus membeli dulu, adik iparnya rela menyuguhkan mereka dengan jus jeruk dan makanan kecil. Dunia memang pilih kasih!!! Welcome to the real world…

Ibu Ida yang hanya seorang penjual kantin mampu menguliahkan Titin dan Popo, kok bisa?? Bila dihitung dengan kalkulator, penghasilan Ibu Ida hanya 50.000 per hari dengan pendapatan bersih 1.000.000 sebulan, ditambah penghasilan suaminya 865.000. Dengan penghasilan ini mereka harus membayar uang listrik, telepon, air, bensin, beras, minyak makan dan hal lain sebagainya, dengan total pengeluaran Rp.2.000.000. Dari mana uangnya??? Sampai sekarang Ibu Ida dan suaminya tidak sanggup menghitungnya…

Setiap Orang Memiliki Rezekinya Masing-Masing, Jangan Ragukan Rahmat
Allah Karena Allah Selalu Adil Pada Ummat-Nya.

Ayu tidak dikuliahkan karena Ibu Ida dan suaminya sangat paham bahwa Ayu tidak akan sanggup menerima pelajaran karena Ayu adalah tipe pembosan. Awalnya Ayu merasa dibedakan, tetapi dengan pengertian yang diberikan, Ayu memahami maksud orangtuanya dan segalanya tidak sia-sia, sekolah teknik membawanya menjadi mekanik terbaik di perusahaan tempatnya bekerja sekarang.

Kunci pemahaman antara orang tua dan anak adalah komunikasi. Bukan hanya kewajiban orang tua yang harus tahu keinginan anaknya, tetapi juga kewajiban anak untuk memberitahukan keinginannya kepada orang tuanya. Komunikasi itu penting!!!!
Beritahu orang tuamu keinginanmu dengan bahasa yang baik, kuncinya adalah komunikasi

——————–

by ra_kartini82


Wanita petugas kebersihan (Pemungut sampah)

Maha Besar Allah, dijadikan-Nya siang berganti dengan malam, semua itu menjadi bukti akan kebesaranNya. Supaya kita sebagai orang-orang yang diberi akal agar mampu berfikir dan meresapi, bahwa tiada Tuhan selain Eengkau. Sungguh tiada sia-sia ya Allah, apa-apa yang telah Engkau ciptakan. Dengan segala kuasa, bila telah terjadi maka terjadilah.

Suara azan subuh berkumadang silih berganti, dari satu mesjid kemesjid yang lain. Menanda sang Fajar telah mulai menampakkan keperkasaan sang surya dalam menyinari. Pertanda pula, bahwa hidup baru segera dimulai.

Berbicara waktu shubuh banyak sekali nasehat-nasehat bijak dari orang tua, yang diperdengarkan ketelinga kita. Instalasi makna-makna yang akan menjadi nilai-nilai kehidupan, untuk benar-benar menghargai waktu. ”Jangan sampai rezekimu dipatok oleh ayam”. Kalimah ini mungkin terucap, dari belahan sumatra hingga ujung timur indonesia. Pesan singkat agar segera bangkit dan menjemput, rezeki-rezeki yang telah Allah persiapkan, dari pintu yang tak diduga-duga.

Persis seperti shubuh jumaat ini, petuah diatas seakan benar-benar terasa dalam diri saya. Bekerja, berusaha, berikhtiar memantaskan diri memperoleh rezeki yang halal, penuh barakah, dengan cara-cara kemampuan kita masing-masing.

Setelah selesai dzikir seusai shalat shubuh berjamaah di Mesjid Matraman. Saya kembali menuju tempat saya tinggal (sementara) dikelurahaan pengangsaan. Saya melewati tempat pembuangan sampah. Disini sepertinya star awal para wakil-wakil Allah pada melakukan aktivitasnya menjaga kebersihan, karena saya melihat ada beberapa mobil angkutan sampah terpakir disini.

Yang membuat saya terkesan adalah saat melewati TPS itu, saya berpapasan dengan seorang wanita berambut sampai lehernya. Ia memakai topi bewarna merah. Dengan baju dinasnya berwana kuning, menyambung antara atas dan bawah. Seperti baju para montir, Cuma yang dia kenakan adalah khusus untuk pekerjaannya.

Beliau menuju arah berlawanan dengan saya. Sambil mendorong benda yang biasanya para pekerja di galian pasir dan angkut batu gunakan. Bedanya isi dorongan beliau adalah alat kerjanya berupa sapu dan skop.

Setelah berpapasan, kira-kira 5 langkah dengan beliau. Dalam diri ada suara-suara membesarkan asma ilahi. Ada rasa semangat, karena terdengar suara didalam, ”Tidak ada alasan untuk menyerah dalam menjalani kehidupan, selama engkau terus berikhtiar, maka akan Allah bukakan jalan kepadamu”. Itu juga, mengingatkan kembali pengalan hadits yang makananya ”Gerakkanlah tanganmu, niscaya Allah turunkan rezeki untukmu”.

Sungguh kesan lebih mendalam lagi, ada rasa berkecamuk serta menggelorakan semangat dalam dada, karena dishubuh hari yang beberapa insan masih dalam selimut tebalnya. Wanita itu sudah memulai melakukan aktivitasnya. Usaha dan ikhtiar memuliakan diri sebagai hamba dengan  bekerja.

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” [QS 62: 10]

Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Engkau telah mentakdirkan hamba bertemu dengan wanita itu. Sehingga semakin menambah semangat dan gairah hamba untuk terus berkarya, bekerja, dan berusaha. Guna memantaskan diri menjadi insan mulia nan sempurna, karena kesempurnaan-Mu. Ya rabb, jadikan kami sebagai wakil dan perantaraan mu bagi ciptaanMu di muka bumi ini. Amin…

————————

by RAHMADSYAH


Komplain Aneh…

“Facts do not cease to exist because they are ignored.”

”Fakta tidak akan menguap / menghilang hanya karena tidak dihiraukan”

[Aldous Huxley]

——————————————————–

Sebuah komplain diterima oleh sebuah perusahaan manufaktur mobil:

”Ini kali kedua saya menulis kepada anda, dan saya tidak menyalahkan anda untuk tidak menjawab, karena mungkin saya terdengar agak aneh, tapi ini adalah fakta bahwa kami memiliki tradisi di keluarga kami untuk menyantap es krim untuk makanan penutup setiap akhir makan malam.

Dan es krim ini harus bervariasi, jadi setiap malam setelah kami makan malam, seluruh keluarga akan melakukan voting es krim rasa apa yang akan kita makan hari ini, dan saya akan berkendara untuk membeli es krim tersebut di toko.

Ini juga merupakan fakta bahwa saya baru membeli sebuah mobil baru. Semenjak pembelian mobil tersebut perjalanan saya ke toko es krim menjadi bermasalah. Setiap kali saya membeli es krim vanilla, mobil saya tidak bisa distarter lagi.

Jika saya membeli es krim rasa lain, mobil saya dapat dinyalakan secara normal. Saya ingin anda semua mengetahui bahwa saya sangat serius mengenai pertanyaan saya ini, Walaupun kelihatan sangat aneh: ’Apa sih yang membuat mobil anda tidak dapat di starter ketika saya membeli es krim vanilla, dan mudah di-starter ketika saya membeli ice cream rasa lain?’”

CEO dari perusahaan mobil tersebut sebenarnya ragu-ragu mengenai keseriusan dari surat tersebut, tapi akhirnya dia mengirimkan teknisinya untuk memeriksa hal tersebut.
Dia mengatur agar teknisinya ini dapat bertemu pelanggan ini setelah makan malam, sehingga mereka berdua dapat mengendarai kendaraan tersebut ke toko es krim.

Ternyata malam ini adalah es krim vanilla dan tentu saja, setelah mereka kembali ke mobil, mobilnya tidak mau nyala.

Teknisi tersebut kembali selama 3 malam berturut-turut. Malam berikutnya mereka membeli coklat, mobil tidak ada masalah. Malam berikutnya lagi strawberry, mobil dapat dihidupkan dengan mulus. Malam berikutnya lagi mereka memesan vanilla. Mobil tersebut tidak dapat dinyalakan lagi.

Sebagai orang yang logis teknisi ini menolak untuk percaya bahwa mobil pelanggan ini alergi terhadap es krim vanilla. Dia kemudian mengatur untuk melanjutkan kunjungannya sampai dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dan dia mulai mencatat banyak data antara lain, jam pembelian, tipe bensin yang digunakan, kecepatan ketika berkendara, dst.
Akhirnya dalam waktu yang tidak terlalu lama dia memiliki gagasan: pria tersebut ketika membeli es krim vanilla memerlukan waktu yang lebih sedikit dibandingkan rasa es krim yang lain.

Mengapa? Jawabannya ada di layout dari toko es krim tersebut.
Vanilla, sebagai es krim yang paling favorit, ditaruh di tempat yang berbeda, es krim ini ditaruh di depan toko agar cepat pengambilannya. Rasa yang lain ditaruh di belakang toko dimana memerlukan waktu yang lebih lama.

Sekarang pertanyaannya adalah mengapa mobil tersebut tidak mau nyala ketika memerlukan waktu yang lebih pendek. Ketika waktu yang menjadi masalah bukan es krim vanilla – engineer ini langsung dapat dengan mudah mendapatkan jawabannya: Vapor Lock [Kunci Uap].

Sebenarnya ini terjadi setiap malam, tetapi karena waktu yang lebih lama untuk membeli es krim yang lain menyebabkan mesin dapat menurunkan suhunya terlebih dahulu sehingga dapat distarter kembali. Ketika si pria ini membeli es krim vanilla, mesinnya masih terlalu panas untuk vapor-lock ini menghilang.

Akhirnya kemudian dia mencoba memperbaiki desain dari mesin ini dan mengusulkan kepada manajemen untuk menindak-lanjuti mobil-mobil lain yang terkena dampak ini.

Moral of the story?

Perusahaan ini dapat saja tidak menghiraukan komplain aneh dari pelanggannya ini. Namun nyatanya mereka memiliki sistem untuk mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan ini telah memberikan input yang berharga mengenai desain dari mesin mereka.

Bagi seluruh rekan-rekan yang tertarik dan memiliki kecintaan untuk memajukan kualitas baik di manufaktur maupun di industri jasa di tempatnya masing-masing.

  • Yang kelihatan belum tentu selalu merupakan solusi. Fakta-fakta walaupun seberapa aneh atau tidak mungkin tetaplah merupakan fakta.
  • Dengarkan keluhan pelanggan anda, selalu ada hal berharga yang didapatkan dari mendengar keluhan merek

[by QMS Guy]


CAFTA: Sebeku Es atau Seganas Hiu

Pengusaha Indonesia sedang menghadapi tantangan besar terkait diberlakukannya China-ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) dan krisis di benua Eropa yang juga bisa mempengaruhi iklim usaha di Indonesia. Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi Agus Sarwono seperti diberitakan oleh salah satu media di Indonesia, Jumat (4/5), mengatakan, krisis utang negara-negara Eropa membuat tekanan capital inflow ke Indonesia berkurang. Bahkan pekan lalu terjadi capital outflow, termasuk dari instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang mencapai Rp10 triliun.

Jatuhnya industri manufaktur akibat pemberlakuan CAFTA dapat dianggap wajar, karena harga yang relatif murah dan diperdagangkan di hampir semua pusat perbelanjaan di Tanah Air, terutama pusat perbelanjaan di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya, membuat produk manufaktur China sangat diminati masyarakat. Bahkan jumlah penjualan produk negara Tirai Bambu itu nyaris mengalahkan produk dalam negeri. Celakanya, selama ini pemerintah pun cenderung tidak transparan, karena meski kesepakatan CAFTA ditandatangani pada tahun 2006, namun tidak pernah disosialisasikan kepada pengusaha, sehingga begitu CAFTA diberlakukan, pengusaha tidak punya persiapan untuk menghadapinya. Padahal, masuknya produk China ke Indonesia tidak hanya melalui jalur legal, tapi juga illegal (penyelundupan).

Bagaimana kita harus menyikapi hal ini?

Untuk menghilangkan kecemasan yang berlebih, kita boleh mengingat istilah “No Pain, No Gain” alias tidak ada perjuangan juga tidak ada keuntungan. Mudah-mudahan Anda juga sepakat bahwa persaingan justru mendatangkan berkah.

Sebuah perusahaan yang tidak memiliki pesaing di dalam industrinya cenderung akan lapuk dan layu. Tentu kita masih ingat sekitar 5 tahun lalu ketika pemerintah memberikan izin kepada swasta asing untuk dapat mendistribusikan bahan bakar minyak yang kala itu dimonopoli oleh Pertamina. Bagaimana pelayanan Pertamina sebelum itu? Berapa banyak petugas pom bensin yang mau tersenyum dengan ramah kepada Anda sambil menunjukkan angka nol sebelum memulai pengisian tersebut?

Bagaimana dengan bisnis penerbangan di tanah air sekitar 10 tahun lalu, sebelum maraknya penerbangan murah yang sudah menjadi lumrah saat ini? Mengapa penerbangan murah di tanah air yang dipelopori oleh LionsAir, menawarkan tiket penerbangan yang sungguh diluar nalar, namun selalu membukukan keuntungan dari tahun ke tahun, bahkan hingga saat ini? Keunggulan LionsAir dalam menawarkan harga murah bukan hanya menghantam para pemain lama di industri penerbangan, tapi juga berdampak pada transportasi angkutan massa lainnya seperti kapal laut, bus penumpang dan kereta api. Bagaimana mungkin Garuda Indonesia sebagai perusahaan penerbangan milik pemerintah yang menjual layanannya demikian tinggi dengan segala fasilitas dan bantuan lainnya mengaku rugi setiap tahunnya kala itu?

Belajar dari Nelayan Jepang

Nelayan Jepang punya sebuah cara untuk tetap mempertahankan kesegaran ikan tuna yang mereka tangkap walaupun
mereka baru bisa kembali ke darat setelah berminggu-minggu berlayar di laut lepas.
Sebelum mereka menemukan cara unik ini setiap hasil tanggapan tuna, mereka akan masukan ke sebuah ruang pendingin besar yang letaknya di lumbung kapal. Setelah berminggu-minggu berlayar dan kembali ke darat untuk menjual hasil tangkapan yang berupa ikan beku tersebut, kesegaran daging ikan menjadi berkurang, hal ini sangat terasa terutama bagi bangsa pencinta sushi dan sashimi ini. Hal ini terus berlangsung menyebabkan para nelayan pun tidak mampu menjual hasil tangkapan mereka dengan harga tinggi. Sampai suatu ketika mereka bereksperimen dengan mengosongkan lambung kapal, lalu diisi dengan air yang cukup untuk menempatkan hasil tangkapan mereka hidup-hidup. Percobaan mereka gagal karena setiba di pelabuhan, semua hasil tangkapan mereka sudah mengapung dalam keadaan busuk.

Pada eksperimen berikutnya masih dengan kolam penampungan di lambung kapal yang sama, hanya saja sekarang ditempatkan seekor ikan hiu berukuran sedang di dalamnya. Ketika tuna hasil tangkapan dimasukkan ke dalam kolam tersebut, maka ikan tuna akan berusaha menyelamatkan diri dengan berenang sekuat tenaga untuk menghindari gigitan ikan hiu tersebut. Begitu pula dengan ikan-ikan hasil tangkapan selanjutnya. Ketika waktu melaut telah selesai, para nelayan kembali ke pelabuhan untuk menjual hasil tangkapanya, dan mereka menyaksikan bahwa semua tuna mereka masih hidup dan terus bergerak menghindari kejaran hiu. Dengan demikian bisa dipastikan bahwa dagingnya pun masih segar, sesegar ketika baru ditangkap.

Apa pesan moral dari cerita di atas? Ikan tuna yang ditempatkan dalam kolam pada eksperimen pertama tidak mendapatkan ancaman dari pihak manapun karena memang kolam tersebut kosong dan hanya dikhususkan untuk mereka. Tetapi hal itu justru membuat mereka tidak waspada dan nyaman dalam kehangatan semu yang menyebabkan mereka justru tidak mampu bertahan dan mati. Tidak ada alasan yang cukup kuat untuk membuat mereka bergerak dan berjuang. Hal sebaiknya pada eksperimen kedua; menempatkan ikan hiu sebagai ancaman yang membuat mereka harus terus bergerak dan berjuang.

Nasi telah menjadi bubur

Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, pengusaha harus berhadapan dengan produk China yang dikenal murah meriah, sehingga ketidaksiapan harus diubah menjadi kesiapan. Bila selama ini pengusaha cenderung keteteran dalam menghadapi gempuran masuknya produk China, maka mulai saat ini pengusaha harus membangun kekuatan untuk menjadi pesaing tangguh produk-produk yang dihasilkan negeri Tirai Bambu. Ini memang tidak mudah. Apalagi karena Indonesia merupakan salah satu negara yang dimaraki pungutan liar (pungli), sehingga terjadi high cost pada hampir semua bidang produksi.

Salah satu cara yang harus dilakukan pengusaha untuk meningkatkan daya saing adalah meningkatkan kualitas hasil produksi, menekan biaya yang tidak perlu agar lebih efisien, membuka channel distribution yang baru dengan memanfaatkan keunggulan atas pemahaman atas geogrfis dan kultur negeri sendiri. Dan yang juga penting adalah, meningkatkan kualitas SDM agar menjadi individu-individu yang memiliki semangat, motivasi, dan kualitas dalam menghadapi tantangan dan persaingan seberat apapun.

Hasil akhir dari setiap persaingan adalah perlombaan pada tingkat kualitas dan efisiensi dimana konsumenlah yang mendapatkan keuntungannya. Dengan penduduk berjumlah lebih dari 230 juta jiwa dan tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 5 % di saat krisis global saat ini, memang Indonesia masih menjadi primadona para pemasok dunia. Untuk terus dapat bersaing bukan saja dari sisi swasta yang harus mengetatkan ikat pinggang sambil meningkatkan kualitas barang dan jasanya, akan tetapi pemerintah juga sangat berkewajiban untuk mendukung terciptanya iklim usaha yang sehat dengan memangkas semua biaya ekonomi tinggi, perampingan birokrasi, kemudahan pebisnis mendapatkan kredit lunak, dan ketersediaan sumberdaya manusia yang berwawasan dan berdaya saing internasional melalui sistem pendidikan dan pelatihan di tanah air yang sungguh-sungguh dikembangkan.

Akankah CAFTA akan bermanfaat buat kita?

Iya! Jika pemerintah mempunyai komitmen dan kemauan yang sangat kuat, dalam hal ini saya ilustrasikan sebagai nelayan yang berani merubah pola dan kebiasan lama dalam mempertahankan kesegaran ikan tuna, dengan berani mengambil langkah-langkah perubahan positif yang mendukung pihak pengusaha dan masyarakat Indonesia seperti yang telah saya sampaikan di atas, menjadikan CAFTA hanyalah suplemen multivitamin bagaikan ikan hiu yang membuat kita terus terjaga dan berjuang untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi kerja.

Akan terjadi sebaliknya jika pemerintah tetap mempertahankan cara kerja lama yang birokrasinya dikenal korup dan tidak efisien, terutama dalam memfasilitasi pengusaha dan masyarakat Indonesia, maka kita hanya akan menjadi sebongkah ikan tuna beku dalam pasar persaingan dewasa ini. Karena, hasil akhir yang berkualitas dimulai dari pengimplementasian yang berkualitas (Quality implementation / QI).

[by Kevin Wu]


Pada suatu sore… (untuk para ayah)

Dear friends…
Ijinkan saya untuk sekedar sharing…

Pada suatu sore, sekitar 25 tahun yang lalu (atau lebih, saya lupa), ketika saya merasa sangat, sangat lelah, baik fisik, mental, maupun emosi, saya menyandarkan kepala saya di pelukan ayah saya.

Dengan tangis yang sekuat tenaga saya tahan, saya sampaikan bahwa saya sangat lelah dan mulai ndak kuat dengan segala sesuatunya.  Ayah saya, seperti biasa, tidak banyak bicara.  Hanya banyak mendengar, sambil sesekeli menyisir rambut saya dengan jari-jarinya.

Saya tidak terlalu ingat lagi tepatnya apa kata beliau pada waktu itu, tapi yang paling saya ingat adalah kalimat terakhir, yang kurang lebih begini:

“nak, keatas bahu yang kuatlah Tuhan menaruh beban yang dihendakiNya supaya sang pemilik bahu menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Barangkali terasa berat sekarang, tapi suatu hari, kau akan belajar dan mengerti mengapa bahumu yang dipilihNya.  Besides, you’ve got me…”

Beban saya tidak menjadi lebih ringan setelah pembicaran itu, tetapi saya menjadi lebih kuat menanggungnya, sebab saya tahu saya punya pria penghibur yang paling mencintai saya di dunia ini, ayah saya.  Seorang yang membantu saya paham, bahwa bahu saya pasti bisa lebih kuat.

Buat saya, meskipun ayah saya sudah pulang ke pelukan hangat Sang Khalik pada tahun 1990, saya masih selalu bisa datang mengadu padanya, sebab ia sebetulnya tidak pernah pergi.

Para ayah, saya harap kalian suka cerita saya.

Pulang kerja nanti, peluk dan cium gadis kecil yang menunggumu di rumah, dan katakan: “you’ve got me…”

Salaam,
Sadrah

http://tech.groups.yahoo.com/group/InspirasiIndonesia/message/12151


Wake up..!!!

Maaf… dikarenakan buru-buru, sayanya belum sempat mandi saat mau pemotretan.. 😀 😀 😀


Momen Spesial dalam Bisnis Yang Menyentuh Hati Dengan Perasaan Kasih Sayang

Suatu hari seorang pria tua berpakaian sederhana memasuki sebuah showroom otomotif. Salah seorang tenaga penjual bernama John berdiri dan menghampirinya, “Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?”

Laki-laki tua itu menjawab bahwa dia membutuhkan mobil seken yang kecil, sebuah mobil yang sederhana karena dia hanya memiliki anggaran yang terbatas.

John membawa orang tua tersebut ke garasi yang terletak di belakang showroom, di sana semua mobil seken dan berukuran kecil dipajang. Mobil-mobil tersebut mungkin sesuai dengan budget pria tua tadi. Pada saat berkeliling untuk memilih mobil yang cocok, orang tua tadi menjelaskan kepada John mengapa dia ingin membeli mobil.

“Sebenarnya mobil yang akan saya beli adalah untuk istri saya. Selama 30 tahun lebih istri saya ingin punya mobil kecil. Mobil yang bisa dikendarai ke supermarket dan ke rumah teman-temannya. Tapi, saat itu adalah masa-masa sulit dan saya tidak mampu beli mobil. Seiring waktu berlalu, istri saya berhenti meminta mobil,” cerita pria tua itu.

“Minggu lalu ia jatuh sakit. Dokter mengatakan istri saya menderita kanker dan umurnya tinggal beberapa bulan lagi. Jadi, saya memutuskan untuk menggunakan tabungan saya untuk membelikannya mobil, supaya ia setidaknya bisa menikmati beberapa bulan sisa hidupnya mengendarai mobilnya sendiri, sebelum dipanggil menghadap Tuhan,” imbuhnya lagi.

Hati John tersentuh mendengar kisah tersebut. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa suatu hari, ia juga akan menjadi suami yang baik sampai akhir hayat hidupnya.

Setelah beberapa lama berkeliling, pria tua itu akhirnya menjatuhkan pilihannya pada sebuah mobil kecil berwarna hijau gelap. “Istri saya bakal menyukai mobil ini. Kecil, mudah dikendalikan, memiliki semua fitur yang ia inginkan dan ini adalah warna favoritnya!”

Lalu dia berkata pada John bahwa dia akan memberikan kejutan pada istrinya. “Saya akan mengajak istri saya ke sini besok dan berpura-pura melihat-lihat mobil. Kalau Anda melihat saya besok, berpura-puralah seakan kita belum pernah bertemu sebelumnya, dan layani saya persis seperti Anda pertama kali melayani saya. Lalu, saya akan memberikan kejutan pada istri saya dengan mengatakan bahwa saya sudah membelikan mobil untuknya, oke?”

John berkata, “Oke, akan saya ikuti rencana Anda. Terima kasih, Pak Brown, saya nantikan kunjungan Anda beserta istri besok.” Setelah orang tua itu pergi, John menceritakan kejadian ini pada rekan-rekan kerja yang lain. Mereka juga tersentuh.

Pada hari berikutnya, seperti yang sudah direncanakan, pria tua itu datang bersama istrinya. Sesudah mereka masuk bergandengan tangan ke dalam showroom, John memberi salam dengan gembira kepada mereka dan berpura-pura belum mengenal laki-laki tua itu. Tetapi, sewaktu istrinya sedang tidak melihat, John mengedipkan matanya padanya seakan berkata, “Semuanya beres.” Pria itu tersenyum.

Laki-laki tua itu berpura-pura menjelaskan kepada John bahwa mereka ke showroom ini untuk melihat-lihat dan ia menjelaskan tipe mobil yang mereka inginkan. Sang istri berkata pada John, “Saya tidak mengerti mengapa suami saya tiba-tiba mengajak saya ke sini. Kami tidak punya rencana untuk beli mobil. Kami bahkan tidak mampu membayarnya!”

John mengantar pasangan tersebut ke garasi di belakang showroom. Sewaktu mereka melihat-lihat, pria tua itu mencari mobil hijau gelap yang sudah ia pesan dan bayar kemarin. Tapi, mobil itu sudah tidak ada di sana! Ia bertanya pada John, “Apakah hanya ini mobil-mobil yang Anda miliki? Apakah tidak ada yang lain lagi?”

“Tidak ada lagi, Pak. Ini semua yang kami miliki, mobil-mobil inilah yang sesuai dengan budget bapak.”

“Apakah BENAR-BENAR hanya ini semua mobil yang Anda miliki? Tidak ada lagi?” tanyanya lagi.

“Tidak ada pak. Hanya ini semua yang kami miliki. Tidak ada lagi,” jawab John.

Orang tua itu mulai panik. Ia berkata pada dirinya sendiri, “Saya telah membayar penuh untuk mobil itu. Tapi, sudah tidak di sini dan John mengatakan hanya ini yang ia miliki! Jadi, di mana mobil saya dan apa yang terjadi dengan uang yang sudah saya bayarkan padanya?” Lebih parah lagi, ia tidak bisa bertanya langsung pada John, “Dimana mobil saya?” Orang tua itu benar-benar khawatir.

Setelah beberapa lama berjalan ke sana ke mari, John menyarankan mereka kembali ke dalam showroom untuk berteduh dan minum karena udara di garasi mulai panas dan tampaknya tidak ada mobil yang cocok dengan keinginan mereka. Pria tua itu menjawab, “Tidak, saya ingin berkeliling lagi.”

Istrinya berkata, “Tidak apa-apa sayang, mereka tampaknya tidak memiliki mobil yang kita cari. Mari kita ke dalam, saya lelah.”

Dengan lesu, si orang tua mengikuti John dan istrinya kembali ke showroom. Ia khawatir, bingung, dan marah dalam waktu yang bersamaan, tetapi tidak bisa menunjukkannya!

Sewaktu mereka duduk sambil menikmati minuman di showroom, sang istri bercakap-cakap dengan gembira pada John, tapi si orang tua itu sedang tidak ingin untuk bercakap-cakap. Ia terlalu bingung dan tengah berpikir tentang apa yang harus ia lakukan selanjutnya.

Tiba-tiba istrinya berseru, “Itu mobil yang sangat bagus!” Si orang tua menoleh ke arah istrinya menunjuk. Di sana ada sebuah mobil kecil berwarna hijau gelap seperti yang sudah ia pilih sehari sebelumnya, bedanya mobil ini masih baru. Bahkan, mobil tersebut diletakkan di podium berputar dan diberikan pita besar. “Ini tidak mungkin mobil yang sudah saya beli! Mobil yang saya beli itu mobil bekas, berdebu, dan ada di garasi belakang. Sedangkan ini mobil baru,” katanya dalam hati.

“Ini terlalu mahal sayang, ini mobil baru,” dia mengingatkan istrinya.

“Tidak apa-apa. Masuk saja ke dalamnya, duduk dan rasakan,” kata John.

Sang istri tampak ragu-ragu. “Mari silakan.” John menuntun tangan istri pria tua itu menuju podium, lalu membukakan pintu mobil untuknya.

Sang istri masuk ke dalam mobil, duduk dengan nyaman dan mengangkat tangannya untuk memegang kemudi. Kemudian ia berteriak, melompat keluar dari mobil, dan berlari ke arah suaminya untuk memberinya pelukan hangat. “Terima kasih, terima kasih banyak, sayang! Ini benar-benar kejutan yang menyenangkan!”

Pria tua itu kaget dan bingung. Apa yang sedang terjadi?

Lalu, istrinya mengambil kartu besar dari kemudi mobil. Di kartu itu tertulis:

“SELAMAT, Nyonya Brown,

Anda adalah pemilik khusus mobil cantik ini!

SELAMAT

Terutama karena Anda memiliki seorang suami yang

SUNGGUH-SUNGGUH SANGAT MENCINTAI ANDA!

John dan seluruh tim penjual amat tersentuh oleh kisah pria tua itu sehingga mereka sepakat melakukan pekerjaan ekstra untuk memberikan kejutan kepada pasangan yang saling mencintai ini. Mereka semua kerja lembur malam itu untuk mencuci mobil tersebut, memoles catnya, mengikatkan pita besar, dan membuat kartu ucapan “SELAMAT” yang besar.

Istri pria tua itu melompat-lompat gembira. Pria tersebut tersenyum lebar.

Tidak hanya itu, sewaktu pasangan tersebut mengendarai mobil kecil yang sudah mengilap tadi keluar dari showroom, setiap staf berbaris di pintu depan showroom untuk memberikan tepuk tangan meriah dan hangat… tepuk tangan yang berasal dari hati. Pasangan bahagia itu dengan bangga melambaikan tangan kepada para staf sambil mengemudikan mobil keluar meninggalkan showroom.

Ada beberapa wajah yang berlinang air mata di antara para staf yang berbaris pada pagi itu, tetapi di bibir mereka tersungging senyuman.

Temanku, inilah arti sesungguhnya dari “MENGGEMBIRAKAN HATI PELANGGAN ANDA”.

Jelas sekali, Anda tidak mungkin melakukan hal ini setiap hari. Tetapi, kalau Anda bisa melakukan sesuatu seperti ini kepada pelanggan Anda sekali seminggu saja, hal ini tentu akan sangat meningkatkan image perusahaan, dan juga akan meningkatkan semangat setiap staf di perusahaan. Pekerjaan menjadi lebih punya arti.

Perasaan senang karena bisa memberi ini tidak bisa dibeli dengan uang. Benar-benar momen spesial dalam bisnis dan pekerjaan…

———-

dikirim sdr. Mariana (Aling) di [improvement]


Seandainya Aku Jadi Aburizal Bakrie

Aburizal Bakrie. Siapa yang tidak kenal beliau ? 99% orang Indonesia pasti pernah mendengar namanya tidak hanya di dunia bisnis namun juga di jagat perpolitikan. Tidak berlebihan memang, karena sepak terjang Ical, kerap kali menarik perhatian, alias membuat geger.

Terlepas dari masalah pengemplangan pajak, yang dituduhkan oleh Dirjen Pajak, Indonesia Corruption Watch (ICW) dan mantan menkeu, Sri Mulyani yang kabarnya mencapai triliyun-triliyunan, demikian juga masalah Lumpur Lapindo, yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bencana alam, dan belum dapat teratasi hingga sekarang.

Terlepas dari itu semua, kalau boleh jujur, sejak dulu aku amat sangat mengidolakan sosok Aburizal Bakrie. Dengan kerajaan bisnis yang begitu menggurita, dari batu bara, perkebunan, minyak, telekomunikasi dan lain sebagainya. Bayangkan berapa besar sumbangan yang diberikan oleh Bakrie terhadap roda perekonomian Indonesia ? Berapa besar bisnisnya berhasil menyerap tenaga kerja diseluruh negeri ini ? Berapa besar devisa yang didatangkan oleh perusahaan-perusahaan mereka ?

(Bandingkan dengan para koruptor goblok yang tidak tahu malu, yang bisanya hanya nyolong, menggertak,main kuasa, memeras, memperkaya diri sendiri, tanpa berdampak pada lapangan kerja untuk orang banyak dan kemakmuran perekonomian bangsa. Kalau berani jadi pengusaha, jangan jago kandang doang !!!)

Buatku pribadi Aburizal Bakrie adalah sosok ideal anak bangsa yang berkontribusi luar biasa dengan enterpreneur spirit yang dashyat. Lulusan ITB ini adalah pengusaha nasional favorite buatku. Perwujudan segala mimpi-mimpi ku. Pengusaha briliant, sukses sejak muda, kaya raya, cerdas dan punya kekuasaan informal yang sangat besar.

Tidak hanya itu, Ical juga dikenal jago sihir. Dunia bisnis sering membuktikan bahwa apa yang bagi sementara orang ‘mustahil’, dapat dirubah oleh beliau menjadi ‘kenyataan’.

Tahun 1997, ketika dunia bisnis berantakan dihajar krisis moneter, group Bakrie seperti halnya perusahaan-perusahaan lain- termasuk kedalam daftar ‘sekarat’ dan harus masuk UGD, karena sudah megap-megap. Sepuluh tahun kemudian, Bakrie sudah mencatatkan dirinya sebagai orang terkaya pertama di Asia Tenggara !

Jauh melampaui Robert Kuok (orang terkaya di Malaysia – memiliki 7,6 miliar dolar AS), Teng Fong (terkaya di Singapura – memiliki 6,7 miliar dolar AS), Chaleo Yoovidya (terkaya di Thailand – memiliki 3,5 miliar dolar AS), dan Jaime Zobel de Ayala (terkaya di Filipina – memiliki 2 miliar dolar AS).

Tersebutlah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bisnis perhotelan, Bumi Modern namanya. Disekitar tahun 2000, group Bakrie masuk dan mengubah tidak hanya nama melainkan juga bidang usaha Bumi. Bumi moderen berubah nama menjadi Bumi Resources, bidang perhotelan jadi pertambangan batu bara.

Bumi mulai dikenal orang ketika ia membeli perusahaan tambang batubara bernama PT. Arutmin Indonesia, ini menggemparkan karena jika dianalogikan traksaksi pembelian ini mirip ikan teri menelan ikan tongkol. Apa yang membuat bank dan para peminjam modal percaya akan visi Bakrie yang belum tentu benar, dan merelakan penjaman duit sedemikian besar ?

Belum lagi selesai keterkejutan dunia bisnis, ditahun 2003, Bumi kembali melakukan hal spektakuler, yang gaungnya sampai kedunia internasional : Bumi membeli KPC (Kaltim Prima Coal)-perusahaan tambang batubara terbesar didunia, dengan kapasitas produksi raksasa- dari tangan Rio Tinto. Kali ini ikan teri itu, berhasil menelan ikan paus bulat-bulat !! Transaksi yang mustahil, tapi berhasil dibuat jadi kenyataan oleh Bakrie.

Dari mana sumber dana pembeliaan berasal ? Apa yang mengakibatkan Rio Tinto mau menjual 100% saham mereka kepada Group Bakrie dengan harga $500 juta, padahal perkiraan harga pemerintah terhadap KPC sebesar $800 juta ? Apa kekuasaan dan pengaruh Bakrie memang sedemikian luar biasa ?

Tidak ada yang dapat memberikan penjelasan dengan pasti. Itu adalah sebuah transaksi keuangan yang demikian rumit, lobby-lobby super tangguh, visi yang sangat luar biasa. Transaksi yang hanya bisa dilakukan oleh para dewa !

Itu belum seberapa, ketika telah mengambil alih KPC dan Arutmin, entah kebetulan atau memang mata sihir keluarga Bakrie sudah dapat melihatnya, beberapa bulan kemudian harga batu bara duniapun melejit, mencapai titik tertinggi. Dengan kapasitas produksi raksasa dan harga jual batu bara yang sangat tinggi, bayangkan keuntungan yang diraih oleh Bumi. Luar biasa !

Tidak munafik, saat itu aku dan beberapa teman yang memang berinvestasi di pasar saham (dalam skala kecil tentu saja) ikut kecipratan rejeki nomplok dari melambung-liar nya harga saham berkode BUMI ini. Setiap pagi kami, para investor kecil-kecilan ini dengan tegang menatap tak berkedip layar monitor, menyaksikan geliat saham BUMI. Bahkan one day trading yang kami lakukan iseng-isengpun menghasilkan hasil yang luarbiasa cukup untuk makan siang tiga bulan.

Seorang teman, dengan jumlah lot saham BUMI terbesar diantara kami, begitu terobsesi, hingga terbawa mimpi ketika saham BUMI disuspen, karena otoritas BEJ menuntut manajemen BUMI memberikan keterbukaan informasi pada investor publik. Dalam mimpi temanku itu, ia dan aku (kok bisa-bisanya aku masuk dimimpinya) menunggu mondar-mandir gelisah di sebuah pintu ruangan yang tertutup yang bertuliskan ‘JANGAN BERISIK BEJ DAN BUMI SEDANG MEETING DIDALAM’.

Beberapa tahun berlalu, harga saham BUMI yang dulu hanya berkisar 300-an, akhirnya sempat menyentuh 8.000-an sebelum kemudian anjlok, buy back dan bertengger diangka 2.000-an, sampai sekarang.

Rupanya akrobat belum selesai, group Bakrie kembali melakukan sesuatu yang menggemparkan dunia bisnis. Mereka menjual Arutmin dan KPC dan nilai jual belinya disekitar $3 miliyar (sekitar 27 Triliyun), jauh diatas transaksi yang dilakukan keluarga Sampoerna dengan Philip Moris, yakni sekitar $2 miliyar (sekitar 18 Triliyun). Membeli di harga $500 juta dan menjual kemudian diharga $3 miliyar !

Beberapa tahun kemudian, kembali terdengar isu bahwa Bumi akan membeli KPC kembali dari tangan Tata Power dengan harga sesuai kesepakatan jual beli, BUMI berhak menerima penawaran pertama jika Tata berniat menjual KPC dan Arutmin. Dan kabarnya, harga itu sangat rendah, hanya 50 persen dari harga beli Tata !
Sedikit menyimpang dari itu semua. Apakah masuk akal jika pengusaha sekaliber ini kemudian mati-matian hanya berniat jadi presiden Indonesia ? Aku meragukannya.

Aku rasa Aburizal sama sekali gak minat jadi presiden, namun lebih dari itu, diatas presiden. Sebuah kekuasaan informal yang sangat amat mempengaruhi presiden. (persis mirip dengan kekuasaan taipan Yahudi terhadap Presiden USA)

Aku rasa itu sah-sah saja. Sepanjang sang saudagar tetap mengedepankan moral dan membuat rakyat dan bangsa ini jauh lebih makmur dari sekarang. Karena suka tidak suka, waktu sudah membuktikan bahwa kadang lembaga-lembaga pengawas, tidak terlalu efektif untuk digunakan sebagai alat memonitor kerja pemerintahan.

So what is the plan ?

Simple walau agak aneh memang, tapi tidak ada salahnya kita coba. Karena pengaruh doa sampai kapanpun, adalah mendekatkan kita dengan kepada siapa kita berdoa (TUHAN) dan mendekatkan hati kita untuk siapa kita berdoa.(anak, istri, sahabat, orang lain, bahkan musuh).

Karena itu mari kita mendoakan 100 orang terkaya di Indonesia dengan hati yang tulus, terutama ia yang berada dipuncak kumpulan mereka, Aburizal Bakrie, supaya TUHAN yang memberikan segenap kecerdasan, keberuntungan, keajaiban, kesehatan dan kemuliaan itu semakin memberkati mereka dengan kemakmuran yang lebih dashyat, menganugrahkan keluarga mereka dengan harmonis, kesehatan bagi mereka, istri, anak dan cucunya dan yang terpenting dari semuanya itu, menggerakkan para taipan-taipan tersebut untuk punya hati yang takut akan TUHAN dan tulus mengasihi bangsa dan rakyat Indonesia.

Sehingga teori gelas penuh yang akan tumpah kesekelilingnya itu akhirnya dapat terwujud.

Apakah itu mungkin ? Sebagian kawan dekat ketika kuceritakan hal ini serta merta mencibir : “Elu kurang istirahat, Made. Jadi mimpinya kebablasan !!”.

Demo dan ancaman mungkin dapat melakukan sesuatu. Demikian pula kekerasaan dan kerusuhan. Tapi ‘doa’ seringkali sudah dilupakan. Sebuah senjata pamungkas yang sudah dibuang jauh-jauh, karena dianggap kuno, gak menghasilkan dan lambat pengaruhnya.

Manusia lupa bahwa ketika kita berdoa kita berurusan dengan kekuatan Maha Dashyat yang mengendalikan tidak hanya langit, bumi, laut dan segala isinya, namun juga jutaan galaksi dan antariksa. Pribadi yang punya otoritas tunggal terhadap waktu, masa dan nasib manusia. Jika IA menutup tak ada yang dapat membuka, meninggikan dan tak ada yang sanggup merendahkan, mematikan dan tidak ada seorangpun yang dapat menghidupkan.

Doa mengundang intervensi TUHAN. Apapun dapat terjadi jika IA sudah terlibat. Tidak ada perkara sebesar apapun yang terlalu mustahil bagi TUHAN, termasuk mengubah hati seseorang.

(Bayangkan apa yang terjadi jika ratusan juta orang Indonesia ini berdoa sungguh-sungguh, demi kemajuan dan kemakmuran bangsa)

Kita kembali menengok judul diatas, kemudian seandainya saja aku akhirnya memiliki kecerdasan, kekayaan dan pengaruh seperti Aburizal Bakrie. Apa sih yang kira-kira akan kulakukan ?

Aku akan ikut mengawasi pemerintah. Mendesak presiden memutasi pejabat-pejabat bandel ke pedalaman gunung Jayawijaya. Menekan kepala daerah, yang waktu berkampanye berjanji ini-itu, mengaku ahli, padahal ‘telmi’ setelah menjabat. Bahkan mengawasi menteri-mentri, yang lebih suka tampil di televisi, berfoto jaim di majalah dan pinggir jalan, padahal tidak berprestasi kerja. Memonitor oknum anggota DPR yang asyik plesiran, main perempuan, korupsi dan lupa bekerja. Mendukung kinerja presiden dan wapres, lewat jalur informal.

Aku akan memberikan pensiun Rp. 500 juta, kepada para guru yang sudah terbukti mengabdi berpuluh-puluh tahun dengan iklash, mencerdaskan para bakal gubernur, mentri, presiden dan pengusaha.

Memberikan 1 M, dalam bentuk ternak, modal kerja dan beasiswa, kepada desa yang masyarakatnya terbukti telah bergotong royong membangun, menjaga dan memakmurkan desa mereka.

Memanggil seluruh orang pintar Indonesia yang terpaksa harus kabur dan bekerja di luar negeri, hanya karena gaji yang kurang dan kurangnya penghargaan terhadap nasinalisme mereka.

Menganggarkan Rp. 1 Miliar setiap tahun untuk pesantren dan pusat-pusat pendidikan agama diberbagai pelosok Indonesia, sehingga para ulama, pendeta, pedanda dan tokoh agama dapat mengarahkan umat mereka kepada jalan yang benar. Dan menjadikan pusat-pusat keagamaan iu sebagai pusat pembentukan akhlak yang mulia, pemuda-pemuda militan ‘yang berani hidup’ berjuang untuk memenuhi takdir mereka sebagai rahmat bagi semesta, dan bukan sebagai tempat berakar nya dendam kesumat, kebencian, balas dendam yang pasti akan menambah lebar luka, mengeruhkan hati nurani, yang jika dilanjutkan tidak akan berakhir sampai kapanpun juga.

Hadiah Rp. 100 Miliar kepada para penegak hukum yang berani membongkar hingga tuntas skandal kejahatan apapun ditubuh lembaga negara.

(ee..kok jadi mirip janji kampanye..hi..hi..)

Memberikan pensiun 1 Triliyun bagi kepala negara/presiden dan wapres, dan 100 Miliar bagi kepala daerah setingkat gubernur, yang dalam masa pemerintahannya telah berhasil membawa dampak kemakmuran dan kemajuan yang signifikan bagi bangsa dan negara.

Dan banyak program lain.

Semoga TUHAN memberkati Aburizal Bakrie dan 100 orang terkaya di Indonesia, sehingga menjadi 100 orang terkaya di dunia dan 100 orang terkaya yang namanya tercantum juga di Sorga ! Karena sampai kapanpun, sepertinya, Sorga tidak akan mungkin terbeli dengan uang, seberapapun besar jumlahnya. Dan TUHAN tak mungkin dapat kita akal-akali, seberapapun cerdas otak yang kita miliki.

[Made Teddy Artiana, S. Komp]


Keseimbangan Hidup

Dikisahkan, suatu hari ada seorang anak muda yang tengah menanjak karirnya tapi merasa hidupnya tidak bahagia. Istrinya sering mengomel karena merasa keluarga tidak lagi mendapat waktu dan perhatian yang cukup dari si suami. Orang tua dan keluarga besar, bahkan menganggapnya sombong dan tidak lagi peduli kepada keluarga besar. Tuntutan pekerjaan membuatnya kehilangan waktu untuk keluarga, teman-teman lama, bahkan saat merenung bagi dirinya sendiri.

Hingga suatu hari, karena ada masalah, si pemuda harus mendatangi salah seorang petinggi perusahaan di rumahnya. Setibanya di sana, dia sempat terpukau saat melewati taman yang tertata rapi dan begitu indah.

“Hai anak muda. Tunggulah di dalam. Masih ada beberapa hal yang harus Bapak selesaikan,” seru tuan rumah.

Bukannya masuk, si pemuda menghampiri dan bertanya, “Maaf, Pak. Bagaimana Bapak bisa merawat taman yang begitu indah sambil tetap bekerja dan bisa membuat keputusan-keputusan hebat di perusahaan kita?”

Tanpa mengalihkan perhatian dari pekerjaan yang sedang dikerjakan, si bapak menjawab ramah, “Anak muda, mau lihat keindahan yang lain? Kamu boleh kelilingi rumah ini. Tetapi, sambil berkeliling, bawalah mangkok susu ini. Jangan tumpah ya. Setelah itu kembalilah kemari”.

Dengan sedikit heran, namun senang hati, diikutinya perintah itu. Tak lama kemudian, dia kembali dengan lega karena mangkok susu tidak tumpah sedikit pun. Si bapak bertanya, “Anak muda. Kamu sudah lihat koleksi batu-batuanku? Atau bertemu dengan burung kesayanganku?”

Sambil tersipu malu, si pemuda menjawab, “Maaf Pak, saya belum melihat apa pun karena konsentrasi saya pada mangkok susu ini. Baiklah, saya akan pergi melihatnya.”

Saat kembali lagi dari mengelilingi rumah, dengan nada gembira dan kagum dia berkata, “Rumah Bapak sungguh indah sekali, asri, dan nyaman.” tanpa diminta, dia menceritakan apa saja yang telah dilihatnya. Si Bapak mendengar sambil tersenyum puas sambil mata tuanya melirik susu di dalam mangkok yang hampir habis.

Menyadari lirikan si bapak ke arah mangkoknya, si pemuda berkata, “Maaf Pak, keasyikan menikmati indahnya rumah Bapak, susunya tumpah semua”.

“Hahaha! Anak muda. Apa yang kita pelajari hari ini? Jika susu di mangkok itu utuh, maka rumahku yang indah tidak tampak olehmu. Jika rumahku terlihat indah di matamu, maka susunya tumpah semua. Sama seperti itulah kehidupan, harus seimbang. Seimbang menjaga agar susu tidak tumpah sekaligus rumah ini juga indah di matamu. Seimbang membagi waktu untuk pekerjaan dan keluarga. Semua kembali ke kita, bagaimana membagi dan memanfaatkannya. Jika kita mampu menyeimbangkan dengan bijak, maka pasti kehidupan kita akan harmonis”.

Seketika itu si pemuda tersenyum gembira, “Terima kasih, Pak. Tidak diduga saya telah menemukan jawaban kegelisahan saya selama ini. Sekarang saya tahu, kenapa orang-orang menjuluki Bapak sebagai orang yang bijak dan baik hati”.

Teman-teman yang luar biasa,
Dapat membuat kehidupan seimbang tentu akan mendatangkan keharmonisan dan kebahagiaan. Namun bisa membuat kehidupan menjadi seimbang, itulah yang tidak mudah.

Saya kira, kita membutuhkan proses pematangan pikiran dan mental. Butuh pengorbanan, perjuangan, dan pembelajaran terus menerus. Dan yang pasti, untuk menjaga supaya tetap bisa hidup seimbang dan harmonis, ini bukan urusan 1 atau 2 bulan, bukan masalah 5 tahun atau 10 tahun, tetapi kita butuh selama hidup. Selamat berjuang!

Salam sukses luar biasa!!
Oleh Bapak Andrie Wongso

——————————

posting sdr Wahyu Kushardiyanto di inbox PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Dua Kalimat Mengubah Hidup

Seorang penulis buku dan trainer, Gerry Robert, menemui seorang ahli pemikiran dunia Bob Proctor. Gerry Robert meskipun seorang trainer yang sudah memiliki penghasilan besar, tetap saja mau belajar kepada orang lain. Ada dua kalimat menyakitkan yang didapat Gery saat bertemu Bob Proctor, dan 2 kalimat inilah yang mengubah hidup Gery selamanya.

Diawali dengan sebuah pertanyaan dari Bob Proctor, “Berapa penghasilan terbesar yang pernah kamu capai?”

Dengan bangganya, Gerry menyebutkan sebuah angka dimana angka tersebut termasuk besar.
“Saya memiliki penghasilan $100.000 pertahun.”

Bob Proctor mengatakan, “Itu Sampah…”

Tentu saja Gerry kaget bukan kepalang dan mencoba membela diri. Bagaimana mungkin penghasilan sebesar itu disebut sampah? Padahal diantara teman-teman Gerry tidak ada yang memiliki penghasilan sebesar itu.

Kata Bob Proctor, “Penghasilan itu seharusnya bisa kamu dapatkan hanya dalam 1 bulan!”

Tentu saja Gerry membela diri dengan berargumen, “Saya masih pemula pak, belum sehebat Anda. Maka penghasilan sebesar itu sudah hebat untuk saya.”

Apa kata Bob Proctor?
“Kamu brengsek!”

Bob melanjutkan, “Siapa pun yang menolak ide tersebut memiliki masalah mental. Saya menghasilkan uang sebesar itu ($100.000/bulan) 15 tahun yang lalu. Dan kamu malah melawan saya. Orang seperti itu saya sebut brengsek.”

Gerry pun terdiam. Namun bukan berarti ngambek atau membenci Bob. Tetapi perkataan itu menyadarkannya akan potensi sebenarnya.

Hasilnya?
Gerry pun menjadi seorang milyuner. Penghasilan Gerry menjadi $1.000.000.000.

[Dikutip dan diterjemahkan bebas dari Millionaire Mindset: How Ordinary People Can Create Extraordinary Income. Karya Gerry Robert]

————————-

Posting sdr Wahyu Kushardiyanto di inbox PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Anjing Yang Setia

Dikisahkan, di sebuah dusun tinggallah keluarga petani yang memiliki seorang anak masih bayi. Keluarga itu memelihara seekor anjing yang dipelihara sejak masih kecil. Anjing itu pandai, setia, dan rajin membantu si petani. Dia bisa menjaga rumah bila majikannya pergi, mengusir burung-burung di sawah dan menangkap tikus yang berkeliaran di sekitar rumah mereka. Si petani dan istrinya sangat menyayangi anjing tersebut.

Suatu hari, si petani harus menjual hasil panennya ke kota. Karena beban berat yang harus di bawanya, dia meminta istrinya ikut serta untuk membantu, agar secepatnya menyelesaikan penjualan dan sesegera mungkin pulang ke rumah. Si bayi di tinggal tertidur lelap di ayunan dan dipercayakan di bawah penjagaan anjing mereka.

Menjelang malam setiba di dekat rumah, si anjing berlari menyongsong kedatangan majikannya dengan menyalak keras berulang-ulang, melompat-lompat dan berputar-putar, tidak seperti biasanya. Suami istri itu pun heran dan merasa tidak tenang menyaksikan ulah si anjing yang tidak biasa. Dan Betapa kagetnya mereka, setelah berhasil menenangkan anjingnya…astaga, ternyata moncong si anjing berlumuran darah segar.

“Lihat pak! Moncong anjing kita berlumuran darah! Pasti telah terjadi sesuatu pada anak kita!” teriak si ibu histeris, ketakutan, dan mulai terisak menangis.
“Ha…benar! Kurang ajar kau anjing! Kau apakan anakku? Pasti telah kau makan!” si petani ikut berteriak panik.

Dengan penuh kemarahan, si petani spontan meraih sebuah kayu dan secepat kilat memukuli si anjing itu dan mengenai bagian kepalanya. Anjing itu terdiam sejenak. Tak lama dia menggelepar kesakitan, memekik perlahan dan dari matanya tampak tetesan airmata, sebelum kemudian ia terdiam untuk selamanya.

Bergegas kedua suami istri itu pun berlari masuk ke dalam rumah. Begitu tiba di kamar, tampak anak mereka masih tertidur lelap di ayunan dengan damai. Sedangkan di bawah ayunan tergeletak bangkai seekor ular besar dengan darah berceceran bekas gigitan.

Mereka pun segera sadar bahwa darah yang menempel di moncong anjing tadi adalah darah ular yang hendak memangsa anak mereka. Perasaan sesal segera mendera. Kesalahan fatal telah mereka lakukan. Emosi kemarahan yang tidak terkendali telah membunuh anjing setia yg mereka sayangi. Tentu, penyesalan mereka tidak akan membuat anjing kesayangan itu hidup kembali.

Pembaca yang budiman,
Sungguh mengenaskan. Gara-gara emosi dan kemarahan yang membabi buta dari ulah manusia, seekor anjing setia yang telah membantu dan membela majikannya, harus mati secara tragis.

Saya rasa demikian pula di kehidupan ini. Begitu banyak permasalahan, pertikaian, perselisihan bahkan peperangan, muncul dari emosi yang tidak terkontrol. Karena itu, saya sangat setuju dengan kata-kata: ”Jangan mengambil keputusan apapun disaat emosi sedang melanda.” Sebab, bila itu yang dilakukan, bisa fatal akibatnya. Sungguh, kita butuh belajar dan melatih diri agar disaat emosi, kita mampu mengendalikan diri secara sabar dan bijak.

Oleh Bapak Andrie Wongso


Gratis

Pada suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur, yang sedang menyiapkan makan malam, dan ia menyerahkan selembar kertas yang sudah ditulisnya. Setelah ibunya mengeringkan tangannya pada celemek, ia membacanya, dan inilah tulisan si Anak :

“ Memotong rumput $5.00, Membuang Sampah $1.0, Rapor Bagus $5.0, Menyapu Halaman $3.0, Jumlah Utang $14.”

Si Ibu memandang si Anak yang berdiri di situ dengan penuh harap. Kemudian ia mengambil bolpen, membalik kertasnya, dan inilah yang di tulisnya :

“Untuk sembilan bulan ketika ibu mengandung kamu selama kamu tumbuh di dalam perut ibu, GRATIS. Untuk semua malam ketika ibu menemani kamu, mengobati dan mendoakan kamu, GRATIS. Untuk semua saat susah, dan air mata yang kamu sebabkan selama ini gratis, untuk semua malam yang dipenuhi rasa takut dan rasa cemas datang, GRATIS anakku. Dan kalau kamu menjumlahkan semuanya, harga cinta sejati mama adalah GRATIS.”

Kemudian kertas yang ditulisnya diberikan kepada anaknya. Ketika anak itu membaca yang ditulis ibunya, air matanya berlinang, dan ia menatap wajah ibunya dan berkata,

“Ibu aku sayang sekali sama Ibu”. Dan kemudian ia mengambil bolpen dan menulis huruf besar-besar, “LUNAS”. Begitulah kasih seorang ibu pada anaknya, ibu bisa memberikan seluruh hidup dan jiwanya bagi anaknya. Marilah kita berpaling dan menilik diri, teladanilah pribadi kasih ibu kita. Terima kasih ibu atas kasihmu yang tulus dan tanpa pamrih kepada kami.

Sumber : Chicken Soup for the Soul


Ayahku Tukang Batu

Alkisah, sebuah keluarga sederhana memiliki seorang putri yang menginjak remaja. Sang ayah bekerja sebagai tukang batu di sebuah perusahaan kontraktor besar di kota itu. Sayang, sang putri merasa malu dengan ayahnya. Jika ada yang bertanya tentang pekerjaan ayahnya, dia selalu menghindar dengan memberi jawaban yang tidak jujur. “Oh, ayahku bekerja sebagai petinggi di perusahaan kontraktor,” katanya, tanpa pernah menjawab bekerja sebagai apa.

Putri lebih senang menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Ia sering berpura-pura menjadi anak dari seorang ayah yang bukan bekerja sebagai tukang batu. Melihat dan mendengar ulah anak semata wayangnya, sang ayahnya bersedih. Perkataan dan perbuatan anaknya yang tidak jujur dan mengingkari keadaan yang sebenarnya membuatnya telah melukai hatinya.

Hubungan di antara mereka jadi tidak harmonis. Putri lebih banyak menghindar jika bertemu dengan ayahnya. Ia lebih memilih mengurung diri di kamarnya yang kecil dan sibuk menyesali keadaan. “Sungguh Tuhan tidak adil kepadaku, memberiku ayah seorang tukang batu,” keluhnya dalam hati.

Melihat kelakuan putrinya, sang ayah memutuskan untuk melakukan sesuatu. Maka, suatu hari, si ayah mengajak putrinya berjalan berdua ke sebuah taman, tak jauh dari rumah mereka. Dengan setengah terpaksa, si putri mengikuti kehendak ayahnya.

Setelah sampai di taman, dengan raut penuh senyuman, si ayah berkata, “Anakku, ayah selama ini menghidupi dan membiayai sekolahmu dengan bekerja sebagai tukang batu. Walaupun hanya sebagai tukang batu, tetapi ayah adalah tukang batu yang baik, jujur, disiplin dan jarang melakukan kesalahan. Ayah ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, lihatlah gedung bersejarah yang ada di sana. Gedung itu bisa berdiri dengan megah dan indah karena ayah salah satu orang yang ikut membangun. Memang, nama ayah tidak tercatat di sana, tetapi keringat ayah ada di sana. Juga, berbagai bangunan indah lain di kota ini dimana ayah menjadi bagian tak terpisahkan dari gedung-gedung tersebut. Ayah bangga dan bersyukur bisa bekerja dengan baik hingga hari ini.”

Mendengar penuturan sang ayah, si putri terpana. Ia terdiam tak bisa berkata apa-apa. Sang ayah pun melanjutkan penuturannya, “Anakku, ayah juga ingin engkau merasakan kebanggaan yang sama dengan ayahmu. Sebab, tak peduli apa pun pekerjaan yang kita kerjakan, bila disertai dengan kejujuran, perasaan cinta dan tahu untuk apa itu semua, maka sepantasnya kita mensyukuri nikmat itu.”

Setelah mendengar semua penuturan sang ayah, si putri segera memeluk ayahnya. Sambil terisak, ia berkata, “Maafkan putri Yah. Putri salah selama ini. Walaupun tukang batu, tetapi ternyata Ayah adalah seorang pekerja yang hebat. Putri bangga pada Ayah.” Mereka pun berpelukan dalam suasana penuh keharuan.

Pembaca yang budiman,

Begitu banyak orang yang tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri apa adanya. Entah itu masalah pekerjaaan, gelar, materi, kedudukan, dan lain sebagainya. Mereka merasa malu dan rendah diri atas apa yang ada, sehingga selalu berusaha menutupi dengan identitas dan keadaan yang dipalsukan.

Tetapi, justru karena itulah, bukan kebahagiaan yang dinikmati. Namun, setiap hari mereka hidup dalam keadaan was was, demi menutupi semua kepalsuan. Tentu, pola hidup seperti itu sangat melelahkan.

Maka, daripada hidup dalam kebahagiaaan yang semu, jauh lebih baik seperti tukang batu dalam kisah di atas. Walaupun hidup pas-pasan, ia memiliki kehormatan dan integritas sebagai manusia.

Sungguh, bisa menerima apa adanya kita hari ini adalah kebijaksanaan. Dan, mau berusaha memulai dari apa adanya kita hari ini dengan kejujuran dan kerja keras adalah keberanian!

Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Oleh Bapak Andrie Wongso

——————————

Posting sdr Wahyu Kushardiyanto di inbox PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Kalung Mutiara Tika

Ini cerita tentang Tika, gadis kecil ceria berusia 5 tahun. Suatu sore, Tika menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika menunggu giliran membayar, Tika melihat sebentuk kalung mutiara mungil putih berkilauan, tergantung dalam kotak berwarna pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu indah, sehingga Tika sangat ingin memilikinya. Tapi, dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain yang sudah disetujui untuk dibeli. Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki berenda yang cantik.

Namun karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya, “Ibu, bolehkah Tika memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi…” Sang Bunda segera mengambil kotak kalung dari tangan Tika. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000. Dilihatnya mata Tika yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas.

Sebenarnya ibundanya bisa saja langsung membelikan kalung itu, namun dia tak mau bersikap tidak konsisten dan membiarkan Tika untuk bersikap sama. “Oke… Tika, kamu boleh memiliki kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju?”.

Tika mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke-raknya. “Terimakasih…, Ibu.”

Tika sangat menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur. Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab, kata ibunya, jika basah, kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau.

Setiap malam sebelum tidur, Ayah Tika akan membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya: “Tika…, Tika sayang nggak sama Ayah?”
“Tentu dong… Ayah pasti tahu kalau Tika sayang Ayah!”
“Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu…”
“Yah…, jangan dong Ayah! Ayah boleh ambil “si Ratu” boneka kuda dari nenek! Itu kesayanganku juga”
“Ya sudahlah sayang… nggak apa-apa!” Ayah mencium pipi Tika sebelum keluar dari kamar Tika.

Kira-kira seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi: “Tika…, Tika sayang nggak sih, sama Ayah?”
“Ayah, Ayah tahu bukan kalau Tika sayang sekali pada Ayah?”
“Kalau begitu, berikan pada Ayah kalung mutiaramu.”
“Jangan Ayah… Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.” Kata Tika seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk ke kamarnya, Tika sedang duduk di atas tempat tidurnya. Ketika didekati, Tika rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas pangkuan. Dari matanya, mengalir bulir-bulir air mata membasahi pipinya…
“Ada apa Tika, kenapa Tika?”, tanya Ayah.
Tanpa berucap sepatah pun, Tika membuka tangannya. Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya.
“Kalau Ayah mau… ambillah kalung Tika.”

Ayah tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Tika. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk kalung mutiara putih berpendar-pendar cahayanya… yang jauh lebih cantik dengan kalung yang sangat disayangi Tika.
“Tika… ini untuk Tika. Sama bukan? Memang begitu nampaknya, tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau”. Ya…, ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Tika.

Sahabatku, demikian pula halnya dengan Allah SWT. Terkadang Dia “meminta” (yang sebenarnya mengambil kembali miliknya) sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif dari Tika: menggenggam erat sesuatu “milik” kita yang kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus kehilangan. Semoga cerita ini menyadarkan kita betapa sebenarnya Alloh SWT demikian sayang kepada kita. Semoga kita selalu berada dalam petunjuk dan belaian cinta-Nya. Amin.

[Ahmad Bambang]

——————————

posting sdr. Wahyu Kushardiyanto di inbox PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Gaji Ayah Berapa ?

Seperti biasa, Arief, seorang Manajer di Pertamina Kantor Pusat – Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9.15 malam. Tidak biasanya, Salsa, putri pertamanya yang baru duduk di kelas 3 SD membukakan pintu untuknya. Nampaknya, ia sudah menunggu cukup lama.

“Assalaamu’alaikum, hai Salsa. Kok belum tidur?” sapa Arief sambil mencium pipi anaknya.
Biasanya Salsa memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang Ayah menuju ruang keluarga, Salsa menjawab,
“Salsa sengaja menunggu Ayah pulang, sebab Salsa mau tanya berapa sih gaji Ayah per jam?”.

“Lho, kok tanya gaji Ayah segala, mau minta uang lagi ya …?”.

“Ah enggak, hanya kepingin tahu saja” jawab Salsa singkat.

“OK, Salsa bisa hitung sendiri ya … Setiap hari Ayah kerja rata-rata 11 jam sehari, 22 hari sebulan dan dibayar Rp. 18.150.000 sebulan. Hayoo … berapa gaji Ayah per jam? Sabtu – minggu kadang-kadang Ayah harus lembur, tapi tidak mendapatkan gaji tambahan karena sudah termasuk dalam gaji bulanan Ayah”.
Memang kalau tidak lembur, Arief sibuk golf sehingga sangat jarang bisa bermain-main dengan Salsa.

Salsa lari ke kamarnya mengambil kertas dan pensil untuk menghitung gaji Ayahnya per jam, sementara Arief berganti pakaian. Belum selesai ganti pakaian, Salsa sudah menyusul ke kamarnya seraya mengatakan
“Gaji Ayah per hari jadi Rp. 825.000,- atau per jam Rp. 75.000,-, benar kan Yah?”, tanya Salsa mencoba meyakinkan kebenaran jawabannya.

“Wah … pintar kamu. Sudah, sekarang sudah malam, ayo cuci kaki lalu tidur”, perintah Arief kepada Salsa. Tetapi, Salsa tak beranjak.

“Ayah, boleh enggak Salsa pinjam uang Rp. 7.500,-?

“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek dan mau mandi dulu. Sekarang, tidurlah”, jawab Arief.

“Tapi Ayah ….”

Kesabaran Arief pun habis, “Ayah bilang tidur!!”, hardiknya mengutkan Salsa.
Anak kecil itupun berbalik dan lari masuk ke kamarnya.

Usai mandi, Arief nampak menyesali dirinya. Ia pun menengok Salsa di kamarnya. Anak kesayangannya itu belum tidur dan didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 30.000,- di tangannya.
Sambil berbaring mengelus kepala anak kecil itu, Arief berkata, “Maafkan Ayah nak, Ayah sayang sama Salsa, tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini?. Kalau mau beli mainan, besok saja kan bisa. Jangankan Rp. 7.500,- lebih dari itupun Ayah belikan”.

“Ayah, Salsa tidak minta uang. Salsa hanya mau pinjam. Nanti akan Salsa kembalikan dari hasil menabung uang jajan Salsa”.

“Iya … iya … tapi buat apa?”, tanya Arief lembut, pingin tahu.

“Besok Salsa libur. Salsa sengaja menunggu Ayah dari tadi. Salsa mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja”, Salsa perlahan menjelaskan.
“Bunda sering bilang kalau waktu Ayah sangat berharga, maka Salsa sengaja pecahkan tabungan Salsa untuk mengganti waktu Ayah, Tapi, ternyata tabungan Salsa hanya Rp. 30.000,-, jadi kurang Rp. 7.500,-, makanya Salsa mau pinjam dulu sama Ayah”, terang Salsa dengan polos.

Arief pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Matanya mulai berkaca-kaca. Diraihnya Salsa dan dipeluknya erat-erat dengan penuh perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan uang dan harta dari kerja kerasnya di Pertamina yang ia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya. Betapa selama ini ia menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk bermain, menyayang dan mendidik anaknya. Dan dia bertekad untuk menyediakan waktu yang lebih banyak sesudah ini.

“Bagi dunia, kau hanya seseorang. Tapi, bagi seseorang, kau adalah dunianya …”.
Pertamina tetap berjalan tanpa kau, Arief. Tapi, keluargamu akan sangat kehilangan dan terlunta-lunta tanpa kamu, Arief.

Pesan:
Menarik untuk mengingatkan kembali arti penting kita bagi orang-orang yang kita sayangi.
Salam.
[Ahmad Bambang]

————————-

Posting inbox oleh sdr. Wahyu Kushardiyanto di PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Bemula Dari Niat

Seorang pengembara datang ke sebuah kampung yang sedang membangun sebuah gedung. Di sana ada dua orang yang sedang mengangkut batu. Jaraknya cukup jauh dan matahari memang sedang terik-teriknya. Anehnya, kedua orang pengangkut batu itu memiliki ekspresi wajah yang berbeda. Yang satu cemberut dan terlihat terus-menerus mengeluh. Yang satu lagi, terlihat bahagia.

Si Pengembara ini bertanya kepada si Pencemberut. “Apa yang sedang kamu kerjakan, Sahabatku ?” orang ini mendelik sebentar dan menjawab sambil lalu, “Banyak tanya, sudah tahu sedang mengangkut batu. Lihatlah betapa banyak batu yang harus aku pindahkan ke bangunan itu!”

Pada orang kedua, si Pengembara mendapatkan jawaban yang berbeda, “Batu-batu ini akan menjadi masjid yang megah. Di sana kami bisa berkumpul bersama, sesuatu yang sangat kami inginkan. Kelak, batu-batu ini akan menjelma menjadi kebahagiaan kami semua, dan Alloh akan disebut dangan mesra berkat batu-batu ini.”

*) Itulah gambaran niat. Keduanya memaknai pekerjaan, apa pekerjaannya, apa tujuan, dan bagaimana diri terlibat dangan pekerjaannya secara berbeda-beda.
Niat menentukan bagaimana kita bisa terus berbahagia melalui sejumlah kesusahan atau justru terus-menerus mengeluh padahal sebentar lagi mendapat kebahagiaan.
Niat orang yang kedua itulah yang harus selalu di hadirkan dalam diri kita. Yang kita butuhkan adalah niat yang kedua. Niat jenis itu dapat menarik unsur-unsur, kejadian-kejadian, situasi-situasi, keadaan-keadaan, hubungan-hubungan yang diperlukan untuk memenuhi hasil yang di niatkan.
Denagn kata lain niat dapat berarti kegiatan melenturkan diri menuju suatu target.

Dikirim oleh : Icuk Fivatin

——————————-

Posting inbox sdr. Cucuk Radosha di PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 2)


Kumpulkanlah Kembali Kapas-kapas Yang Tersebar

Dikisahkan, ada seorang pedagang yang kaya raya dan berpengaruh di kalangan masyarakat. Kegiatannya berdagang mengharuskan dia sering keluar kota. Suatu saat, karena pergaulan yang salah, dia mulai berjudi dan bertaruh.

Mula-mula kecil-kecilan, tetapi karena tidak dapat menahan nafsu untuk menang dan mengembalikan kekalahannya, si pedagang semakin gelap mata, dan akhirnya uang hasil jerih payahnya selama ini banyak terkuras di meja judi. Istri dan anak-anaknya terlantar dan mereka jatuh miskin.

Orang luar tidak ada yang tahu tentang kebiasaannya berjudi, maka untuk menutupi hal tersebut, dia mulai menyebar fitnah, bahwa kebangkrutannya karena orang kepercayaan, sahabatnya, mengkhianati dia dan menggelapkan banyak uangnya. Kabar itu semakin hari semakin menyebar, sehingga sahabat yang setia itu, jatuh sakit. Mereka sekeluarga sangat menderita, disorot dengan pandangan curiga oleh masyarakat disekitarnya dan dikucilkan dari pergaulan.

Si pedagang tidak pernah mengira, dampak perbuatannya demikian buruk. Dia bergegas datang menengok sekaligus memohon maaf kepada si sahabat “Sobat. Aku mengaku salah! Tidak seharusnya aku menimpakan perbuatan burukku dengan menyebar fitnah kepadamu. Sungguh, aku menyesal dan minta maaf. Apakah ada yang bisa aku kerjakan untuk menebus kesalahan yang telah kuperbuat?”

Dengan kondisi yang semakin lemah, si sahabat berkata, “Ada dua permintaanku. Pertama, tolong ambillah bantal dan bawalah ke atap rumah. Sesampainya di sana, ambillah kapas dari dalam bantal dan sebarkan keluar sedikit demi sedikit”.

Walaupun tidak mengerti apa arti permintaan yang aneh itu, demi menebus dosa, segera dilaksanakan permintaan tersebut. Setelah kapas habis di sebar, dia kembali menemui laki-laki yang sekarat itu.

“Permintaanmu telah aku lakukan, apa permintaanmu yang kedua?” “Sekarang, kumpulkan kapas-kapas yang telah kau sebarkan tadi”, kata si sahabat dengan suara yang semakin lemah.

Si pedagang terdiam sejenak dan menjawab dengan sedih, “Maaf sobat, aku tidak sanggup mengabulkan permintaanmu ini. Kapas-kapas telah menyebar kemana-mana, tidak mungkin bisa dikumpulkan lagi”.
“Begitu juga dengan berita bohong yang telah kau sebarkan, berita itu takkan berakhir hanya dengan permintaan maaf dan penyesalanmu saja” kata si sakit

“Aku tahu. Engkau sungguh sahabat sejatiku. Walaupun aku telah berbuat salah yang begitu besar tetapi engkau tetap mau memberi pelajaran yang sangat berharga bagi diriku. Aku bersumpah, akan berusaha semampuku untuk memperbaiki kerusakan yang telah kuperbuat, sekali lagi maafkan aku dan terima kasih sobat”. Dengan suara terbata-bata dan berlinang air mata, dipeluklah sahabatnya.

Pembaca yang luar biasa
Seperti kata pepatah mengatakan, fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Kebohongan tidak berakhir dengan penyesalan dan permintaan maaf.
Seringkali sulit bagi kita untuk menerima kesalahan yang telah kita perbuat. Bila mungkin, orang lainlah yang menanggung akibat kesalahan kita.

Kalau memang itu yang akan terjadi , lalu untuk apa melakukan fitnah yang hanya membuat orang lain menderita. Tentu… Jauh lebih nikmat bisa melakukan sesuatu yang membuat orang lain berbahagia.

Salam sukses luar biasa!
Oleh Bapak Andrie Wongso

Posting inbox dari sdr. Wahyu Kushardiyanto di PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Berani Mencoba

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya.

“Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31.104.000 kali selama setahun?”

Jam terperanjat, “Mana saya sanggup Tuan…”

“Bagaimana kalau 86.400 kali dalam sehari?”

“Maaf Tuan, saya masih belum mampu.”

“Bagaimana kalau 3.600 kali dalam satu jam?”

“Dalam satu jam harus berdetak 3.600 kali? Banyak sekali Tuan. Saya tetap tidak sanggup untuk hal itu.”

Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian berbicara kepada si jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu untuk berdetak satu kali setiap detiknya?”

“Nha, kalau yang seperti itu, aku sanggup Tuan…” kata jam dengan penuh semangat.

Maka sesudah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detiknya. Dan tanpa terasa, detik demi detik yang terus berlalu, sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh jam itu terus berdetak satu kali tiap detiknya. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31.104.000 kali.

Renungan:
Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, ternyata kita mampu. Bahkan yang semula kita anggap imposible untuk dilakukan sekalipun.
Maka, jangan pernah berkata “TIDAK” sebelum anda pernah mencobanya.

[Kiriman dari Bapak Arief Kojek Setiawan]

———————-

Posting inbox sdr. Wahyu Kushardiyanto di PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)


Kakek dan Tabungannya

Assalamu’alaikum wr.wb

Sahabat saya yang baik, semoga hari ini menjadi penentu keberhasilan kita. Melalui karya dan pahatan sejarah yang kita bekas kan kepada alam semesta. Sehingga hukum ketertarikan yang nyata ada didunia, meiyakan dalam wujud amin, terhadap doa dan usaha kita.

Tadi siang tepatnya jam 11.00 wib. Saya masuk ke sebuah Bank di dramaga Bogor. Saya disapa ramah oleh pak Satpam. Kemudian, saya diberikan form dan no antrian. No antrian yang dilaminating kertas berwarna kuning, tetulis rapi hasil printing, font times new roman *118*. Setelah saya mengisi no rek adik saya yang di Aceh, kemudian sambil menunggu giliran, saya mencari kursi kosong yang disediakan buat nasabah.

Terdengar suara teller memanggil ”no antrian seratus tiga belas (113)”. Dalam hati saya, alhamdulillah tidak lama lagi. Panggilan antrian pun terus berlanjut. Hingga ke 116, berdirilah seorang kakek, umurnya mungkin sudah diatas 70. kulitnya sudah mengeriput. Rambutnya telah menunjukan perubahan warna menjadi putih. Memakai baju kemeja putih, dan celana bahan cokelat. Kepala nya tertutup kopiah hitam.

Pak Satpam menyapa ”Ada yang bisa saya bantu pak?” sang kakek mengeluarkan surat berukuran setengah A4, terlaminating, dari kejauhan saya dapat melihat ada pas photo backround merah dan berkopiah hitam, serta baju putih, dalam foto tersebut. ”saya mau ambil pensiunan”.

Pak satpam kemudian bertanya kepada atasannya, apakah bisa melalui bank ini?
Karena kakek tersebut juga membawa buku nasabah atas nama beliau sendiri pada bank itu. Kemudian buku tabungan beliau di cek oleh teller. Karena si kakek mau tau berapa uang ditabungan beliau, sebab anaknya bilang sering transfer (tabung kata kakek) kerening kakek itu.

”Antrian seratus delapan belas (118)” teller satunya lagi memanggil no antrian saya. Saya menuju meja teller, menyerahkan form transfer yang telah saya isi berserta dengan uangnya. Sekarang saya semakin dekat berdiri dengan kakek, sehingga terdengar pembicaraan teller dengan kakek.

”Bapak mohon maaf, uang ditabungan bapak tinggal (… tidak terdengar suara siteller, saya tidak tau berapa persisnya, yang pasti tidak ada yang bisa diambil).

Si Kakek bilang, ”Anak saya bilang dia sering nabung ke no rekening saya”.

Teller kemudian menjelaskan”Bapak, anak bapak bukannya menabung, tapi malah melakukan penarikan lewat ATM”.

Teller kembali melanjutkan,”ini tanda penarikan lewat ATM, 1 jt, 1jt, 500, 50, 75, 700 …(sampai halaman terkhir) dan ini sisanya”.

Sang kakek terdiam kaku, beliau sudah sangat tua. Berbicara saja terengah-engah, suara nya sudah tak terdengar.

Teller menanyakan lagi, ”ATM bapak siapa yang pegang?”

Kakek menjawab *”Anak saya, dulu saya pernah minta bantuan dia untuk mengambilkan uang satu juta”. ”Anaknya dimana sekarang?”, Kakek hanya diam, dan terus bernafas.

”Terima kasih bapak, uang nya telah terkirim, masih ada yang bisa dibantu”,  Teller lain yang melayani transaksi saya, menyodorkan kertas warna kuning untuk saya simpan. Saya pun meninggalkan Bank tersebut, sambil melihat kepada sang kakek yang dipenuhi wajah kesedihan.

Sampai diluar, saya tidak langsung pulang, tapi duduk ditangga teras bank tersebut, membuka Netbook untuk cari tau info no telf travel perjalanan Bogor – Bandung. Beberapa saat kemudian, sang kakek keluar dan duduk
ditangga juga, 2 meter dari kanan saya. Beliau sambil memasukkan surat-surat dan KTP nya, dalam sebuah amplop. Kepala nya menunduk, melihat keatas, kiri dan kanan.

Saya tinggalkan fokus dengan informasi di situs travel yang sedang saya cari, Dan saya lakukan konekting dengan sang kakek, untuk merasakan dan memahami apa yang beliau fikirkan. Saya langsung merasa (cepat konekting, mungkin karena didalam sudah saya lakukan sebelumnya) , “Perasaan sedih hadir dalam diri saya, mata saya berkaca-kaca, dan butiran bening mengaburi pandangan saya. Selain itu yang muncul dalam diri saya, sebuah pertanyaan mengapa seperti ini dan mengapa T.E.G.A?”

Sang kakek kemudian berdiri dan melankah menuju keluar halaman bank. Dan naik ankot menuju laladon / bubulak.

Ada kesedihan, haru, kasihan dan juga diselimuti marah dalam diri saya. Kesedihan merasakan apa yang dirasakan oleh sang kakek. Kasihan, usia nya yang sungguh sangat dan bukan lagi bisa dikatakan muda, uang yang mungkin bisa beliau nikmati dimasa tua habis.

Sementara kemarahan dalam diri, karena : Bagaimana bisa terjadi, bagaimana bisa T.E.G.A seorang anak berperilaku kepada bapaknya seperti itu? Tapi saya sadar, kemarahan kepada anak si kakek itu, tidak wajar saya marah kepadanya. Karena, pasti ada hal (informasi) yang belum lengkap saya dapatkan, untuk
segera saya sikapi demikian.

Saya duduk dan terdiam sejenak. Memory saya kembali kemasa saat-saat detik terakhir bersama keluarga sebelum tsunami. Setelah itu saya melakukan perenungan, bahkan muncul pertanyaan dalam diri, bagaimana dengan kehidupanku saat aku tua seperti beliau kelak? Ada pelajaran dan hikmah yang tersirat dalam diri. Sebuah pesan singkat, bertebaran berupa suara ”Jadilah orang baik”.

Shahabat, mari kita kirimkan doa untuk si kakek, mudah-mudahan masalah yang sedang beliau alami saat ini, segera terbuka pintu penyelesaiannya. Semoga Allah mengangkat derajat, keimanan, ketaqwaan, terampuni dosa, dan diterima amal ibadah beliau, juga kita.. Amin ya Rabbal’alamin.

Bogor 26 mei 2010.

—————-
RAHMADSYAH
Practitioner NLP I 081511448147 I Motivator & Mind-Therapist
http://www.facebook. com/rahmadsyahI YM ; rahmad_

Ditulis oleh:  rahmad.aceh@gmail.com rahmadsyah_tcc , di [sekolah-kehidupan]


Kisah Si Penebang Pohon

Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon.

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu”.

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku, bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi.

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”
“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu, saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga”. Kata si penebang.

“Nah, disinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apapun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal.

Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.


Istirahat bukan berarti berhenti, Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi

Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!

Salam sukses luar biasa!!!
Oleh Bapak Andrie Wongso

————————

Posting inbox dari sdr Wahyu Kushardiyanto di PUSAT MOTIVASI INDONESIA (Grup 1)